Orang Banjar terkenal dengan semangat merantaunya. Sejak abad ke-19, mereka sudah terbiasa menyeberang lautan, mencari peluang hidup di tanah baru. Kini, keturunan Banjar bisa kita temui hampir di seluruh Nusantara, bahkan hingga Malaysia, Brunei, Singapura, Eropa, dan Amerika. Namun, di balik keberanian merantau itu, ada satu pertanyaan besar: bagaimana menjaga rasa persaudaraan ketika jarak memisahkan?
Di sinilah Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) hadir sebagai jawaban. Ia bukan hanya organisasi etnis biasa, melainkan rumah besar yang menyatukan orang Banjar di mana pun berada. Dengan semboyan “Banjar Rakat, Banjar Kuat, Banjar Bamartabat”, KBB ingin memastikan bahwa orang Banjar tetap solid, sejahtera, dan dihormati, baik di kampung halaman maupun di tanah perantauan.
Menjaga Persaudaraan Lewat Kebersamaan
KBB tahu betul bahwa ikatan sosial harus terus dipupuk. Karena itu, acara seperti halal bihalal, buka puasa bersama, atau santunan anak yatim rutin digelar. Di Jabodetabek, KBB bahkan menyediakan lahan pemakaman gratis seluas 10 hektar. Hal ini bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga simbol bahwa komunitas Banjar saling menjaga “dari lahir sampai akhir hayat.”
Di sisi budaya, KBB aktif melestarikan warisan Banjar. Kain Sasirangan diperkenalkan ke berbagai daerah, tradisi Baayun Maulid ditampilkan di festival, dan Kongres Budaya Banjar diselenggarakan sebagai ajang silaturahmi budaya. Semua ini menegaskan bahwa identitas Banjar tetap hidup, meski berada jauh dari tanah leluhur.
Dari Silaturahmi ke Ekonomi
Uniknya, KBB tidak hanya fokus pada acara sosial atau budaya. Mereka sadar bahwa kekuatan komunitas juga ditentukan oleh kemandirian ekonomi. Banyak orang Banjar di perantauan yang menjadi pedagang atau pelaku UMKM. Melihat hal ini, KBB membentuk jaringan usahawan dan mendorong lahirnya kerja sama ekonomi.
Balikpapan, misalnya, diproyeksikan sebagai pusat pengembangan ekonomi Banjar, apalagi kota ini menjadi pintu gerbang menuju Ibu Kota Negara (IKN) baru. Dengan strategi ini, KBB ingin agar orang Banjar tidak hanya dikenal sebagai perantau, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi.
Jembatan Aspirasi dan Diplomasi Budaya
KBB juga punya peran politik yang kuat. Dipimpin langsung oleh Gubernur Kalimantan Selatan Periode 2021-2024 H. Sahbirin Noor, KBB bisa menjadi jembatan aspirasi antara pemerintah dan diaspora Banjar. Permintaan warga Banjar di Malaysia untuk membuka jalur penerbangan langsung ke Banjarbaru, misalnya, disalurkan lewat KBB.
Lebih jauh, KBB juga memainkan peran dalam diplomasi budaya. Mereka membentuk cabang di luar negeri, dari Kuwait hingga Singapura, dan menggelar Banjar Cultural Congress yang mempertemukan tokoh Banjar lintas negara. Dengan begitu, KBB tidak hanya mengurus warganya, tetapi juga memperkenalkan budaya Banjar ke dunia.
Tantangan yang Harus Dijaga
Tentu perjalanan KBB tidak selalu mulus. Ada tantangan internal, seperti menjaga kerukunan di tengah perbedaan pandangan politik atau kepentingan pribadi. Ada pula tantangan eksternal, mulai dari melemahnya nilai bubuhan akibat modernisasi hingga ancaman disinformasi yang bisa memecah belah komunitas.
Karena itu, KBB perlu terus memperkuat kepemimpinan kolektif, mendukung UMKM dengan pelatihan digital, memperluas diplomasi budaya, dan memanfaatkan teknologi untuk menjaga komunikasi lintas wilayah.
Penutup
Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) telah membuktikan dirinya sebagai lebih dari sekadar paguyuban etnis. Ia adalah perekat sosial, pelestari budaya, motor ekonomi, sekaligus jembatan aspirasi politik. Dengan semangat kebersamaan, KBB berhasil menjaga agar orang Banjar tetap rukun dan bermartabat, di manapun mereka berada.
Di tengah pembangunan Ibu Kota Negara baru, peran KBB akan semakin strategis. Bukan hanya bagi orang Banjar, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Sebab, pada akhirnya, kekuatan sebuah bangsa lahir dari kekuatan komunitas yang tidak lupa akar dan budayanya.
